BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Shalat
sebagai salah satu konsep keagamaan dalam masyarakat islam diyakini mampu
menghadirkan nilai-nilai yang sangat diharapkan manusia untuk mencapai makna
hidup sejati. Hikmah disyariatkan shalat adalah bahwa shalat dapat membersihkan
diri, menyucikannya, membiasakan manusia terbiasa bermunajat kepada Allah dan
mencegah berbuatan keji dan munkar. Shalat sempurna yang didasari oleh
kekhusyukan dan ketundukan diri akan menerangi hati dan mendidik jiwa. Di
samping itu shalat akan mengajarkan kepada si hamba tentang adab mengabdikan
diri, juga mengajarkan mengabdikan diri, juga mengajarkan tentang
kewajiban-kewajiban ketuhanan kepada Allah SWT, dengan apa yang telah
ditanamNya dalam hati tentang keluhuran dan keagunganNya. Di samping itu shalat
juga menjadi perhiasan seorang hamba dan menjadikannya makin diperindah oleh
kesempurnaan akhlak, seperti jujur, terpercaya, rendah hati, menepati janji,
menerima apa adanya, berbuat baik, dan hanya menyembah Allah SWT.
Ibadah
shalat yang dilaksanakan ada yang wajib dan sunnah. Shalat wajib dalam
kesehatan mental fungsinya sebagai pondasi yang menjadi dasar dalam proses
penyembuhan bagi manusia yang terganggu kesehatan mentalnya. Selain ibadah
shalat wajib, ada shalat sunnah. Dan macam shalat sunnah itu antara lain adalah
shalat sunnah wudhu, rawatib, tahajjud, hajat, istikhoroh, taubat, duha, dan
lain-lain. Dan dalam bacaan shalat sunnah tersebut teradapat didalamnya
spesikfikasi permohonan sesuai dengan kebutuhan manusia dan Allah men-sunnahkan
manusia untuk melaksanakannya, melaksanakan shalat sunnah tersebut membantu
manusia untuk terkabulnya permohonan manusia, yaitu dengan mendapatkan Rahmat,
Hidayah, dan InayahNya. Dengan pelaksanaan ibadah shalat maka secara berlahan
tapi pasti bagi manusia yang terganggu kesehatan mentalnya akan mengalami
proses penyembuhan dan tergantikan dengan perasaan tenang, tentram.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian shalat?
2. Bagaimana
kedudukan shalat tersebut?
3. Apa
hubungan anatara shalat dan kesehatan mental?
4. Mengapa
Shalat dikatakan sebagai obat?
5. Apa
saja manfaat dari gerakan shalat bagi kesehatan?
C.
Tujuan Masalah
1. Untuk
mengetahui pengertian shalat
2. Untuk
mengetahui kedudukan shalat
3. Untuk
mengetahui hubungan antara shalat dan kesehatan mental.
4. Untuk
mengetahui arti dari shalat adalah sebagai obat.
5. Untuk
mengetahui manfaat shalat bagi kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat
Sholat adalah segala
perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram dan yang diakhiri
dengan salam, dan wajiblah mengerjakan itu pada waktu-waktu tertentu. Shalat
adalah ibadah yang tidak akan pernah hilang dari kehidupan seorang muslim. Jadi
shalat merupakan perbuatan yang terus menerus dilakukan seorang muslim selama
hidupnya.[1]
Sholat ialah berhadap
hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan
yang diawali dengan takbir dan di akhiri dengan salam serta menurut
syarat-syarat yang telah di tentukan oleh syar’i. Karena sholat itu adalah
merupakan pokok (yang utama) dari agama Islam. Sebagaimana sabda Nabi Saw. yang
artinya sebagai berikut :
“sholat itu adalah
tiang daripada agama, maka barang siapa yang mendirikannya, maka berarti ia
telah mendirikan agama. Dan barang siapa meninggalkannya, berarti ia telah
mrbohkan agama”.
B. Kedudukan sholat
Islam adalah sumber
ajarannya Al-Qur’an dan Sunnah, sangat memperhatikan tentang perihal ibadah
sholat. Didalam islam, sholat itu adalah merupakan suatu perintah yang harus di
utamakan, dan merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan, serta diancam
dengan azab yang pedih bagi yang meninggalkannya. Ia adalah induk dari agama
islam, kunci dari pada surga, suatu amalan yang baik, dan merupakan amal
perbuatan orang mukmin yang pertama kali akan di hisab pada hari perhitungan
(kiamat) nanti.
Rasulullah sendiri
telah menjadikan sholat itu sebagai ciri utama atau tolak ukur di dalam
menetapkan orang itu memiliki keimanan atau tidak, dan sebagimana tanda pembeda
antara orang muslim dan orang kafir. Sebagimana sabdanya yang telah diriwayatkan
oleh Imam Ahmad, Muslim dan Ash-Habus Sunan yang artinya sebagai berikut :
“perjanjian (yang
mengikat) antara kami dan mereka adalah sholat, maka barang siapa yang
meninggalkannya berarti ia telah kufur”.
Pada suatu saat,
Rasulullah Saw telah menuturkan tentang sholat, lalu beliau bersabda yang
artinya sebagai berikut :
“barang siapa
memeliharanya, ia akan mendapat sinar bukti yang kokoh dan kesuksesan pada hari
kiamat (nanti); tapi barang siapa tidak memeliharanya, ia tidak akan mendapat
sinar, tidak mempunyai bukti yang kokoh dan tidak mempunyai kesuksesan. Dan ia pada hari kiamat nanti, akan bersama Qarun,
Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf. (H.R. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Para Ulama’ membersihkan tangannya tentang maksud
dari hadis Nabi Saw diatas, yaitu: barang siapa yang meninggalkan sholat karena
disibukkan oleh urusan harta kekayaannya, maka mereka akn bersama dengan
Fir’aun; barang siapa meninggalkannya karena disibukkan oleh urusan
kepemimpinan dan kementriannya, karena disibukkan urusan perdagangannya, maka
mereka akan bersama Ubay bin Alaf.
Demikianlah kedudukan sholat di dalam Islam, dan
lebih dari itu ia adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh kaum
muslimin. Dan ia adalah ibadah paling dominan atau paling penting di dalam
Islam, sehingga di dalam menerimanya Rasulullah Saw sendiri harus menghadap
kehadirat Allah Swt, yaitu lewat Isra’ dan Mi’raj. Kalau semua perintah ibadah
(selain sholat) cukup dikeluarkan di bumi, tapi lain halnya dengan sholat!
Semua itu tidak lain adalah sangat pentingnya kedudukan sholat dalam Islam[2].
C. Hubungan Shalat dengan
Kesehatan Mental
Shalat merupakan suatu aktivitas jiwa yang termasuk
dalam kajian ilmu psikologi transpersonal. Shalat adalah proses perjalanan
spiritual yang penuh makna yang dilakukan seorang manusia untuk menemui Tuhan
Semesta Alam. Shalat dapat menjernihkan jiwa dan mengangkat orang yang
menunaikannya untuk mencapai taraf kesadaran yang lebih tinggi dan pengalaman
puncak spiritualitas. Shalat memiliki kemampuan untuk mengurangi kecemasan
karena ia merupakan meditasi tertinggi dalam islam. Gerakan shalat merupakan
sebuah proses relaksasi. Bacaan-bacaan dalam shalat bisa memunculkan auto
sugesti yang membuat kita selalu berpandangan progesif terhadap permasalahan
yang dihadapi. Ketika shalat, ruhani bergerak menuju Zat Yang Maha Mutlak.
Pikiran terlepas dari keadaan riil dan panca indra melepaskan diri dari segala
macam keruwetan peristiwa di sekitarnya.
Kesehatan mental (Mental
Hygiene) adalah terhindarnya individu dari gejala-gejala gangguan jiwa dan
penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan
bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan serta
tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.
Cara dan sikap dalam
menghadapi segala permasalahan sangat ditentukan oleh kesehatan mental. Jadi yang
menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan
mental lah yang menentukan apakah orang akan mempunyai kegairahan untuk
hidup atau tidak. Orang yang sehat mentalnya tidak akan mudah merasa putus asa,
pesimis atau apatis, karena ia dapat mengahadapi semua rintangan atau
kegagalan hidupnya dengan tenang.
Seseorang dikatakan
terganggu kesehatan mentalnya bila terjadi kegoncangan emosi, depresi,
dan prilaku abnormal. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien-pasien
yang bermasalah kesehatan mentalnya, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental
yang terganggu dapat mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang. Di antara
gangguan jiwa yang disebabkan oleh kesehatan mental ialah rasa cemas, iri hati,
sedih, merasa rendah diri, inferior, pemarah, ragu dsb.
Kepribadian seseorang senantiasa
perlu dibentuk sepanjang hayatnya, dan pembentukan bukan merupakan pekerjaan
yang mudah, shalat merupakan kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan
bulanan atau kegiatan amalan tahunan (salat idhul fitri dan idul adha) dapat
sebagai sarana pembentukan kepribadian, yaitu manusia yang bercirikan :
disiplin,taat waktu,bekerja keras,mencintai kebersihan,senantiasa berkata yang
baik.[3]
Saat seseorang shalat terjadilah proses penentraman jiwa dan relaksasi
tubuh dalam menghadap Sang Pencipta secara berulang-ulang. Shalat menjadi
sebuah momen dimana seseorang dapat meredakan emosi dan melunakkan kegelisahan di
antara rutinitas sehari-hari yang ia jalankan. Dari sini, akan terpancar
ketentraman jiwa dan ketenangan fisik yang diperlihatkan oleh shalat.
2. Shalat adalah
salah satu teknik terbaru dalam Terapi Perilaku yang dipraktikan oleh para
psikiater
Psikiater yang menggunakan shalat sebagai media terapi, akan melatih dan
membiasakan pasien untuk mengubah posisi saat marah. Misalnya, kalau pasien
sedang marah sambil berdiri maka disarankan untuk duduk. Jika pasien duduk
dalam keadaan marah, maka disarankan untuk berbaring terlentang lalu membuang
ketegangan saraf sampai kemarahannya hilang. Dalam dunia kedokteran, hal ini
disebut "pembentukan perilaku".
3. Shalat memiliki
beberapa faktor penyembuhan seperti berikut:
a. Pembentukan
komunitas masyarakat yang hidup dalam lingkungan kasih sayang.
Orang yang sholat jiwanya akan merasa tentram dan aman sehingga timbul rasa
saling mengasihi sesama umatNya.
b. Pembentukan sikap
lembut dan rendah hati kepada orang lain.
Maksudnya adalah bahwa setiap orang yang shalat tidak ada perbedaan
perasaan lebih tinggi dari pada seseorang yang lainnya, meskipun ia seorang
pejabat sekalipun. Karena dihadapan Tuhan, semua makhluk tidak ada yang lebih
besar atau kecil jabatannya dalam shalat.
c. Mengkikis habis
faktor-faktor kedengkian tertahap orang lain.
Pada intinya, seseorang yang paham dengan manfaat shalat ia akan senantiasa
memiliki anti-dengki terhadap sesamanya, karena didalam shalat terkandung
kelembutan yang bisa membuat hati pelaksananya tenang.
Dalam shalat, seseorang yang jiwanya
sakit, akan melihat banyaknya harapan karena buah dari kesabarannya
melaksanakan shalat. Dengan muatan faktor yang begitu hebat, maka shalat tidak
diragukan lagi sebagai obat mujarab yang menyembuhkan Penyakit di dalam hati. Itulah alasan Allah
menyuruh manusia untuk melakukan shalat yang tidak lain adalah untuk kebaikan
manusia sendiri.[4]
D.
Sholat Adalah Obat
Pernahkah
anda mengamati bahwa saat selesai melaksanakan shalat tubuh anda terasa lebih
segar dan bugar? Apakah karena air wushu yang kita gunakan? Atau karena tata
gerakan shalat yang sedemikian ibarat gerakan senam aerobik? Jika memang
demikian pemikiran kita, lalu mengapa kadang seusai mandi kita justru merasa
lelah, bahkan mengantuk? Atau seusai senam aerobik kita justru merasa lebih
yang berkelanjutan? Berdasarkan analisis kami, dalam kedua contoh tersebut
tidak terjadi keadaan homeostasis dan equilibrium. Saat melakukan senam
aerobik, terjadilah pembakaran kalori yang sedemikian besar. Jika gerakan ini
bisa dilakukan secara baik dan benar, akan terjadi pembakaran yang sempurna.
Sebaliknya jika dilakukan dengan kurang baik dan benar, akan terjadi penumpukaan
asam laknat yang berlebihan dalam tubuh. Penumpukan inilah yang menyebabkan
rasa letih dan capek.
Tata gerak shalat yang kita lakukan
merupakan rangkaian gerak yang secara sadar atau tidak dan secara sinergis dan
harmonis membeotak. stimulus stimulus penting bagi kerja berbagai sistem tubuh
manusia. Masing-masing tata gerakan shalat tadi menstimulasi sistem saraf, baik
di percabangan daerah punggung, ketiak bahu, pergelangan tangan dan kaki. Jika
terstimulasi, sensor sensor saraf ini akan bereaksi terhadap organ organ
tertentu didalam tubuh. Saat gerakan tersebut berlangsung, komponen komponen
anatomi tubuh manusia yang bisa diamati secara nyata adalah kulit pembungkus
tubuh. Pada kulit ini terdapat ujung ujung saraf dan kelenjar, otot otot badan
dan anggota gerak, tulang tulang badan dan anggota gerak ( lengan / tangan dan
tungkai atau kaki ) beserta sendi sendinya, seta serabut serabut saraf beserta
simpul simpulnya.komponen komponen anatomi tubuh manusia yang tak tampak secara
nyata anatara lain organ organ dalam tubuh ( otak,paru paru, jantung, usus,
ginjal, kandung empedu, dan lain lain), pembuluh darah ( besar dan kecil)
beserta aliran darah didalamnya, kelenjar, hormon, dan cairan otak.
Saat melakukan (gerakan) shalat, terdapat
motivasi mendasar dalam diri kita bukan hanya secara spiritual berupa kebutuhan
untuk mewujudkan segenap rasa syukur kepada sang Khalik. Sang maha berkehendak
atas seluruh isi jagat ini, tetapi juga kesadaran mendalam akan segenap rukun
shalat, termasuk rukun wudhunya. Dalam keadaan seperti ini, timbullah
ketenangan dalam pikiran dan qolbu yang nantinya diharapkan bermuara pada
khusyuk dan tumakninah. Ketenangan ini merupakan fase yang bermanfaat bagi
tubuh untuk rileks dan mengistirahatkan segenap aktivitas organ dan sistem organ,
setelah sehari penuh diaktifkan. Ketenangan ini menyebabkan hormon adrenalin,
hormon penggalak aktivitas tubuh, tidak melonjak terlalu tinggi. Dan dalam
ketenangan ini timbul kebahagiaan serta ketentraman, yang memungkinkan tubuh
memiliki kesempatan untuk memperbaiki segala macam kerusakan tubuh.
Keadaan ini merupakan penyembuhan alami
diri sendiri atau self healing, termasuk didalamnya menyeimbangkan metabolisme
dan sistem kekebalan tubuh. Jika penyembuhan alami ini terjadi, tak ayal sehat
dan bugarlah yang kita peroleh sehingga menjadi tindakan preventif terhadap
sakit dan penyakit atau modulator penyembuhan manakala sakit.
Setelah memahami uraian diatas, barulah kita bisa
melakukan dan memahami makna rahasia gerakan shalat terkait dengan pencegahan
dan perawatan kesehatan tubuh dan memahami pergerakan ruas ruas tulang
belakang, yang setiap segmenya memiliki arti anatomi dan fungsi penting bagi
kinerja saraf tulang belakang itu sendiri. Sebagai contoh, pada shalat sistem
saraf simpatis akan meregang dan terstimulus. Pada saat posisi badan membungkuk
ke depan saat rukuk, sistem saraf simpatis mengalami relaksasi.
E. Manfaat Gerakan Shalat untuk Kesehatan
1.
Gerakan Takbiratul Ihram
Gerakan takbiratul ihram ini
mempunyai manfaat melancarkan aliran darah, getah bening dan kekuatan otot
lengan, posisi jantung berada di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar
ke seluruh tubuh[5].
Saat mengangkat kedua tangan otot bahu merenggang sehingga aliran darah kaya
dengan oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut
atau dada bagian bawah, sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan
persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
2.
Ruku’ dengan Thuma’ninah
Gerakan ruku’ ini dapat menjaga kesempurnaan dan fungsi tulang
belakang sebagai penyanggah tubuh dan pusat syaraf. Mensejajarkan posisi
jantung dengan otak, sehingga aliran darah maksimal mengalir pada tubuh bagian
tengah. Tangan yang bertumpu pada lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu
hingga ke bawah. Ruku’ juga latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.
3.
I’tidal dengan Thuma’ninah
Gerakan ini melatih pencernaan dengan baik, organ-organ pencernaan
dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Pencernaan
menjadi lebih lancar, dan ketika berdiri setelah ruku’ dengan mengangkat
tangan, darah dari kepala akan turun kebawah, sehingga bagian pangkal otak yang
mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Gerakan ini menjaga saraf
keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan tiba-tiba.
4.
Sujud dengan Thuma’ninah
Bila sujud dilakukan dengan benar dan lama, sujud dapat
memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala termasuk pula mata,
telinga, leher, pundak, dan hati. Efektif mencegah sumbatan pembuluh darah
jantung, sehingga risiko terkena jantung koroner dapat diminimalisir. Dengan
sujud juga dapat memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posisi
jantung diatas otak menyebabkan darah yang kaya oksigen bisa mengalir secara
maksimal sehingga dapat mencegah terkena stroke dan mencegah dari gangguan
wasir. Khusus bagi wanita dapat memberikan kesuburan dan kesehatan organ
wanita. [6]
5.
Duduk Diantara Dua Sujud
Cara duduk diantara dua sujud ini dapat menyaimbangkan sistem
elektrik saraf keseimbangan tubuh kita. Menjaga kelenturan saraf di bagaian paha dan cekungan lutut, cekungan betis,
sampai jari-jari kaki. Kelenturan saraf dapat mencegah penyakit diabetes, sulit
buang air kecil, prostat dan hernia.
6.
Duduk Tasyahud Awal
Pada saat duduk tasyahud awal lipatan paha dan betis bertemu.
Gerakan ini dapat mengaktifkan kelenjar keringat sehingga dapat mencegah
pengapuran dan menjaga agar kaki optimal menopang tubuh kita. Pada saat duduk
iftirasy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf paha.
7.
Duduk Tasyahud Akhir
Gerakan ini lebih baik dari gerakan bersila dan berguna membongkar
pengapuran pada cekungan kaki kiri, agar saraf keseimbangan yang berhubungan dengan saraf mata, sehingga
konsentrasi akan meningkat dan terjaga. Kemudian duduk tawarruk juga sangat
baik untuk pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih, kelenjar kelamin pria
(prostat) dan saluran vas deverens. Jika dilakukan dengan benar postur
ini akan mencegah impotensi.
8.
Salam Ke Kanan dan Ke Kiri
Gerakan ini menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri sehingga menarik
urat leher yang berfungsi menjaga kelenturan urat leher. Gerakan memutar kepala
ke kanan dan ke kiri secara maksimal dapat menghasilkan relaksasi otot sekitar
leher dan kepala serta menyempurnakan aliran darah dikepala. Gerakan ini
mencegah sakit kepala dan mengencangkan kulit wajah.[7]
BAB III
PENUTUP
Sholat dengan kesehatan mental pada diri seseorang
sangatlah erat kaitannya, dengan mengerjakan sholat selain kita dapat semakin
mendekatkan diri kepada Allah Swt. juga sebagai daya penunjang bagi kesuburan
mental setiap orang mukmin. la akan menguatkan mental seorang mukmin untuk
senantiasa mengerjakan kebajikan dan memnggalkan atau menjauhi segaLa kejahatan
dan kemungkaran, memerangi kelesuan disaat menghadapi penderitaan dan kesulitan
hidup serta kenikmatan Sholat akan menanamkan dalam jiwa. kesadaran adanya
kontrol Ilahi. Memelihara aturan-Nya, menjaga kedisiplinan waktu, takut akan
ancaman dan siksaan-Nya dan sanggup mengalahkan sikap-sikap kemalasan.
memperturutkan hawa nafsu dan segala sifat kelemahan manusiawi lainnya.
Shalat dapat membantu
membangkitkan harapan, menguatkan tekad, meninggikan cita-cita, dan juga
melepaskan kemampuan yang luar biasa yang menjadikan seseorang lebih siap
menerima ilmu pengetahuan, hikmah, serta sanggup melaksanakan tugas-tugas yang
lain. Disamping itu, shalat juga memiliki pengaruh penting dalam menyembuhkan
perasaan bersalah yang menimbulkan perasaan gelisah dan stress, yang dianggap biang
keladi munculnya penyakit jiwa. Hal ini karena shalat dapat menghapus dosa dan
membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran kesalahan serta membangkitkan harapan
meraih ampunan dan ridha dari Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Arbain, Muhammad, Shalat for
therapy, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2014, hal 18-20
Bahnasi, Muhammad, Shalat
sebagain terapi psikologi, Bandung: Mizania, 2007, hal. 17.
Digilib.uin-suka.ac.id
http://darunasyiin.blogspot.co.id/
diakses pada tanggal 25 februari 2017 pukul 12.41
Musbikin, Imam, Terapi shalat:
keajaiban gerakan shalat bagi kesehatan, Yogyakarta: Cakrawala Ilmu, 2011,
hal. 84
Wratsongko Madyo,“Shalat Obat”,
Jl.Palmerah barat 29-57 Jakarta: Kompas Gramedia building, Hal. 17.
[1] Bahnasi,
Muhammad, Shalat sebagain terapi psikologi, Bandung: Mizania, 2007, hal.
17.
[2] http://darunasyiin.blogspot.co.id/
diakses pada tanggal 25 februari 2017 pukul 12.41
[3]
Wratsongko Madyo,“Shalat Obat”, Jl.Palmerah barat 29-57 Jakarta: Kompas
Gramedia building, Hal. 17.
[4]
Digilib.uin-suka.ac.id
[5]
Musbikin, Imam, Terapi shalat: keajaiban gerakan shalat bagi kesehatan,
Yogyakarta: Cakrawala Ilmu, 2011, hal. 84
[6] Arbain,
Muhammad, Shalat for therapy, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2014, hal 18-20
[7] Ibid.,
hal 21-22
Komentar
Posting Komentar