Siang itu pecah oleh suara-suara lantang yang saling
membenarkan diri
Aku terdiam disudut kericuhan itu bertingkah seolah semua
biasa saja dan sesekali tersenyum pada seseorang yang duduk disampingku
Dia hanya tersenyum dan tertawa kecil,mungkin dia tak
mengerti apa yang terjadi, dia tak begitu pandai membaca situasi,
Sesekali aku menoleh muka egois itu, semakin lama dia
menampakkan kegarangannya dan menunjukkan kata-kata bahwa dia selal benar dan
tak ada yang salah dari itu semua.
Wanita itu hanya diam dan terus melakukan pekerjaannya, aku
mendengarkan kericuhan laki-laki itu semakin lama menyakitiku juga dan wanita
itu menyaut kata-katanya menceritakan semua yang ku anggap itu benar, dan gubuk
ini adalah saksi dari keeogisan laki-laki itu,
Mereka terus saja berteriak, Aku beranjak dari tempatku
meninggalkan orang yang duduk didepanku yang sedang asik makan dan terus
bergumam menyalahkan wanita disudut sana.
Diruang sepi yang kusebut itu kamarku, aku terdiam dan
masih asik bermain hp mungkin kericuhan ini akan berakhir. Ingin sekali aku
menggedor pintu dan berteriak “sudahlah ini hanya masalah sepele kalian orang
dewasa apakah harus selalu diselesaikan dengan cara seperti ini?”. Namun aku
tak sanggup aku hanya terus diam diruangku dan seseali air mataku menetes namun
aku tetap dan berkutik.
Mereka semakin garang, gatal telingaku mendengan semua itu,
dan ku saut kunci motorku lalu perg meninggalkan kegaduhan itu,
Di buguk kayu itu aku hanya diam yang mengingat semuanya,
“mungkin jika rumah kami masih saja seperti ini kericuhan itu tak akan pernah
terjadi namun bagaimana dengan kehidupanku dan adik-adikku, karena wanita itu
kehidupan kami berubah. Aku merasakan apa yang selalu ia rasakan karena aku
adalah anak pertamanya aku merasakan saat kami hanya punya sepiring nasi lalu
membaginya bertiga”
Aku menangis tanpa menghiraukan akan ada yng melihatku
didalam, badanku melemah selalu saja seperti ini saat hatiku terguncang,
Beberapa menit aku kembali pulang, aku melihat suasana
menenang tak ada kegaduhan lagi, namun ada seseorang yang hilang.
Laki-lakiitu pergi ibuku bilang dia hanya mengambilhelm
lalu menarik gas motornya entah kemana,
24 jam berlalu aku mencoba menghubunginya namun taka da
balasan, hanya sia-sia saja, sudahlah bagiku setelah kepergiannya aku hanya
tinggal memiliki ibu yang menghidupiku dan kedua adikku,
Hari-hari berjalan seperti biasanya, karena memang dia
jarang dirumah, rasanya biasa saja. Namun dibalik itu aku merasakan sesuatu
yang sangat pedih, malam itu ibuku menangis didapur aku hanya melihatnya dan
mendengarkan bebrapa wejangannya.
Sampai hari ini aku hanya berfikir “biarlah saja mungkin
dengan ini aku tau siapa yang benar-benar menyayangi keluarga kami dan siapa
yang hanya selalu memikirkan uang dan harta”
“Hai papah jika hari itu kau
meninggalkan kami dengan egoismu dan entah kapan kau kembali tanpa meninggalkan
egoismu, anggap saja kau tak pernah lagi memiliki kami”
Komentar
Posting Komentar