Langsung ke konten utama

11 Januari


11 Januari 2015 itu hari jadi kita, waktu berjalan pelan tapi aku menikmati kebersamaan ini.
Suara genjreng gitarmu itu selalu membuatku tersenyum, dengan nyanyian nyanyian pelan yang slalu kau senandungkan. Bahkan aku tak pernah bisa tidur sebelum mendengar kau bernyanyi. Kamu orang pertama yang mengajarkanku tentang malam minggu. Kita sering jalan malam itu. Meski hanya keluar berbincang makan lalu pulang. Tapi aku tetap menikmatinya.
Tak lama itu kau menceritakan aku dengan keluargamu dan aku mulai kenal dengan sekumpulan orang itu,
Aku ingat disetiap hujan yang datang saat malam, saat itu mengingatkan aku kita pernah berlari berdua dengan sebuah jaket yang kau buat tutup kepalaku. Lalu kita berteduh disebuah warung,
Aku ingat waktu itu kamu bilang lapar dan memasak sesuatu untuk kita makan, kamu tak pernah membiarkan tanganku kotor untuk membantu kamu memasak.
malam itu semakin larut kita berjalan pulang dengan jalan yang penuh dengan air, dan kamu memayungiku tanpa berfikir kalau kau basah kuyup demi aku. Kita berjalan pelan erat kau genggam tanganku mencoba menenangkan ku dari suara petir yang menyambar beberapa kali.
1 langkah lima langkah kita sampai. Didepan teras itu kau turunkan payung menutup wajah kita, aku ingat satu kalimat itu “aku sayang kamu sayang” dan kau kecup keningku, lalu beranjak pergi. Aku ingat masa masa itu.
Semua cerita romantis tentang kita, setiap hari yang penuh dengan guyonan, bahkan kau tak memperdulikan sifat kekanakan ku dan malah menjadikannya asik untuk kita.
Malam itu malam kelulusanku kita bersama waktu itu. Jam 24:00 berlalu tapi kita masih tetap disana. aku ingat aku sering menaruh kakiku diatas pangkuanmu, dan malam itu pun aku melakukannya tanpa perduli betapa capeknya kamu. Tapi kau pun tak menolak dan menerima kebiasaan itu.
Kita bernyanyi bersama disana, menikmati malam yang mulai sunyi ditengah alun alun kota, beberapa jam kita berpisah dan aku pulang ke rumah seorang temanku.
Pagi itu kita janji pulang bareng, berjam jam berlalu tapi kau tak menghiraukan dering telfon hp mu dariku. Jam itu aku bertekat mencarimu dirumah seorang temanmu. Dan aku temukan kamu masih tertidur pulas disuatu kamar dengan keadaan mu yang bahkan belum melepas jaket yang semalam kau pakai.
Aku bahagia saat itu, aku jadi orang pertama yang kamu lihat saat kamu membuka mata dan terbangun dari tidur pulasmu. Aku tertawa melihat betapa aneh muka itu. kau terbangun tapi melihatku lalu membalikkan bantal dan tertidur lagi.
Aku keluar dan beberapa saat kau menyusulku terucap sediki kata lalu masuk lagi. Aku hanya tertawa melihat kekonyolanmu pagi itu. tapi aku senang dengan situasi saat itu.
Beberapa saat kau keluar lagi, dengan muka segar yang sudah terbasuh air. Kau mendekatiku berucap lalu pergi. Entah apa yang kamu lakukan, tapi aku menyukainya, konyol memang. Sesaat itu kau datang lagi kita berbincang lalu beranjak dari sana. aku ingat kita ngebut bareng saat itu,
Aku senang kita bisa jadi teman baik dibalik hubungan kita yang berstatus pacar,  1 bulan 2 bulan 6 bulan berlalu semua mulai berbeda, kau mulai mengenal sesosok wanita yang menjadi awal perpecahan kita. Kita sering bertengkar kala itu. egois memang aku slalu menyalahkanmu, tapi bukankan tak salah pula seorang wanita cemburu dengan wanita lain yang lebih dekat dengan kekasihnya.
Kamu yang setiap sore mendatangiku sekarang mulai menyibukkan diri dengan hal lain, sampai aku tau kau mulai mendua. Aku Gila saat itu, benar benar gila serasa mau mati dengan penyakitku yang malah menyakitiku terus menerus.
Kamu yang dulu menjadi obatku, malah jadi racunyang mematikanku. Penyakit itu menyakitiku, tapi kau tak perduli. Dengan semua rasa sakit yang aku alami karena memikirkanmu. Kau masih asik dengannya, sampai kita putuskan untuk berpisah.
Minggu berminggu mulai berlalu, kau mulai melupakanku dan berbalik dengannya. Tapi aku tak kunjung berdiri dari rasa sakitku. Malah semakin menjadi. Obat adalah temanku, dia penyemangatku saat itu. dia yang menolongku dari kematian. Tapi rasa sakit itu tak kunjung pergi dan terus saja menggerogoti tubuhku kala aku mengingatamu.
Berbulan berlalu dan aku mulai bangkit dengan diriki sendiri, sejak itu aku mulai berlari jauh dari cinta. Bahkan aku bertekat untuk tak masuk lagi kedalamnya.
6 bulan 7 bulan kita bertemu lagi, dengan sahabat mu yang menjembatani pertemuan kita. Saat itu aku datang kerumah mu, dan keluargamu menyambutku hangat, aku ingat ibumu yang mengelus kepalaku halus. Dan bercerita tentang keluargaku dan keluargamu.
Tapi aku juga bersedih kala itu, mereka masih tak tau kalau hubungan kita sudah tak sama lagi. Aku diam dan tak ingin memecah suasana.
Lama kita terdiam, serasa bodoh kita melewati waktu itu. lama kita mulai berbincang, kita bercerita tentang bulan bulan saat kita berpisah, aku mulai merajuk tapi aku pula membencinya. Aku menghantam mu dengan tanganku tanpa menghiraukan keluargamu disana. kau terdiam dan hanya merasakannya.
Kau tau betapa sakit hatiku saat kita berpisah, kau melihatku sayup dengan mata yag ingin menangis seperti semua ini bukan keinginanmu, aku merasakan cinta itu masih hadir diantara kita, lama kita berpandangan serasa ada kata yang ingin diucapkan tapi kita tak mampu “aku masih sayang kamu” ucapku dalam hati.
Pandangnmu masih sama, meski kita sudah tak lagi sama. Aku menyukainya masih sama seperti saat dulu kau memandangku. Beberapa waktu kita terdiam, kau tetap memandangku tapi ku buang pandanganku. Kau hanya tersenyum. Melihatku yang mulai berbeda dari sifat cerewetku dulu.
Kala itu serasa aku menangis, kau hanya memandangku dengan mataku yang mulai berkaca. Lama aku pendam rasa sakit itu. tak lama teman mu datang seseorang yang tau dengan semua rasa sakitku. Dia menonjokmu serasa ingin meluapkan apa yang ingin aku lakukan padamu. Tapi aku hanya tertawa dibalik tangisanku.
Dia memandangku dan mulai sayup melihat aku yang terdiam dan mulai ingin menangis. Pandangannya menenanganku seakan bicara bahwa aku tak pantas melakukannya. Ini aku dengan sejuta cinta untukmu tapi kau tak kunjung mengerti.
Waktu berlalu lambat, cewek itu menelvonmu tapi kau tak menghiraukannya. Aku tak rewel dan tak berkata apa apa. Aku sadar semua itu sudah bukan urusanku lagi. Kau hanya menatapku yang mulai mengosongkan pandangan. aku tau kamu tau dengan apa yang aku rasakan, aku ingin memelukmu erat kala itu tapi aku tak mungkin melakukannya.
Siapa aku? Aku sudah bukan siapa kamu lagi. Aku mulai bosan dan ingin pulang  tapi kau menahanku, malah kau menyuruh kakakmu membawa motorku pergi agar aku tak bisa pergi dari sana.
Jawab aku, apa kau rindur aku? Kalau tidak kenpa kamu melakukannya. Aku rindu kamu, kamu tau? Tapi kebersamaan itu mulai menyakitiku, aku mulai sesak nafas lagi dengan waktu yang semakin melamban. Kau melihatku dan bertanya apa aku tak apa.
Aku terdiam, “kau bodoh jika bertanya seperti itu, bahkan rasa sakit itu lebih dari ini saat kau pergi meninggalkanku” gunyam ku.
Aku mulai menenangkan diriku dan mengatur nafas. Berjam jam berlalu aku pergi dari sana. Kau tak mengantarkanku pulang. Akupun tak menginkannya, kakakmu beranjak dan membawaku pergi, seakan dia tau apa yang aku rasakan. Aku berbincang dengannya dijalan.
Dia mengejekku, dan aku hanya tertawa.
Saat mulai berlalu. Dan kita hilang kabar lagi. Tapi tak apa waktu itu sudah cukup menghapus rinduku, dan aku menepati janjiku,
Kala aku sudah bertemu denganmu aku akan melupakan semuanya, dan sejak saat itu aku mulai berhasil melupakanmu.
Kadang rindu memang, tapi aku senang aku tak mengingat rasa sakit yang dulu lagi, ini aku yang baru yang mampu menerima kenyataan kita.
Beberapa bulan kita dipertemukan lagi oleh seorang temanmu, aku tak tau kenapa tapi semua temanmu seakan memberi jalan ktia untuk kembali. Tapi aku tak menikmatinya,
Aku berjalan pelan dan melamban mengingat kenangan kita dulu, kita mulai terbiasa dengan sesuatu yang baru ini.dan memulai lagi dari pertemanan, meski sakarangpun kau menghilang lagi dariku.
Dikota ini senja yang melukis warna dicerita kita, diantara hempasan angin yang merayu dalam peraduan. Aku bahagia disini. Ditempat ini aku mengenalmu dan melupakanmu.
Kau mengajarkanku tentang semuanya, senang dan sedih bahagia dan sakit. Aku yakin kelak kita kan bertemu lagi dengan diri kita yang baru.
Dan aku yakin saat semuanya memang sudah siap untuk kita kebersamaan akan jadi kado yang terindah


Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah manfaat shalat bagi kesehatan mental

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shalat sebagai salah satu konsep keagamaan dalam masyarakat islam diyakini mampu menghadirkan nilai-nilai yang sangat diharapkan manusia untuk mencapai makna hidup sejati. Hikmah disyariatkan shalat adalah bahwa shalat dapat membersihkan diri, menyucikannya, membiasakan manusia terbiasa bermunajat kepada Allah dan mencegah berbuatan keji dan munkar. Shalat sempurna yang didasari oleh kekhusyukan dan ketundukan diri akan menerangi hati dan mendidik jiwa. Di samping itu shalat akan mengajarkan kepada si hamba tentang adab mengabdikan diri, juga mengajarkan mengabdikan diri, juga mengajarkan tentang kewajiban-kewajiban ketuhanan kepada Allah SWT, dengan apa yang telah ditanamNya dalam hati tentang keluhuran dan keagunganNya. Di samping itu shalat juga menjadi perhiasan seorang hamba dan menjadikannya makin diperindah oleh kesempurnaan akhlak, seperti jujur, terpercaya, rendah hati, menepati janji, menerima apa adanya, berbuat baik, dan hanya ...

Gender Dan Feminisme

GENDER DAN FEMINISME A.Gender 1) Pengertian gender                 Pada prinsipnya perbedaan gender (gender differences) bukanlah persoalan, yang menjadi persoalan adalah adanya perbedaan gender dijadikan sebagai legitimasi munculnya ketidakadilan gender.   Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.   Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan. Gender adalah perbedaan status dan peran antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai budaya yang berlaku dalam periode.                 Gender sering diidentikkan dengan jenis kelamin (sex), padahal gender berbeda dengan jenis kelamin. Ge...
Happy 8 bulan.